Rabu, 17 Oktober 2012

Bukti Kemujaddidan Hz Mirza Ghulam Ahmad



Dalam menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh seorang ghair ahmadi :”Berikan satu Bukti Kemujaddidan Hz Mirza Ghulam Ahmad”, Mufti Silsilah Jemaat Ahmadiyah menaggapi dalam program Tanya jawab “Rah e Huda” di MTA sbb:

Ada satu istilah:” Lihatlah sebutir nasi yang ada di panci, maka akan bisa dikira-kira nasi itu sudah matang atau belum” Dalam hal ini saya akan memperlihatkan satu butir nasi saja kepada hadirin.

Sebagai contoh, Jika seseorang sedang menyampaikan ceramah dan diantara para pendengar yang menyimak, ada yang mengatakan:”Tuan! Anda telah menyampaikan ceramah dengan begitu berapi api, tapi sayang, dalam isi ceramah anda tidak ada tartib (urutan), yakni, point yang seharusnya disampaikan diawal, malah disampaikan di akhir dan juga sebaliknya.  Lantas setelah mendengar hal tersebut, apa yang akan dirasakan oleh sang penceramah itu? apakah si pendengar tadi memuji atau mencela si penceramah? Contoh lain, seorang murid telah menulis jawaban dalam lembar ujian, tapi jawaban yang seharusnya ditulis di awal oleh si murid tersbut malah ditulis di akhir dan juga sebaliknya. Dengan cara seperti itu, si murid tersebut tidak akan pernah berhasil, karena tidak ada tartib (urutan).

 Sangatlah disesalkan, telah terjadi dalam sejarah islam, seorang alim yang tidak memahami makna dari kandungan isi Al Quran, alih-alih mengakui kekurangan ilmunya bahwa saya tidak bisa meraih hakikat ayat tersebut, justru malah mencela :” Apa boleh buat, tidak ada tartib dalam ayat (Al Qur’an) ini !” dalam ilmu tafsir hal itu disebut dengan istilah takdim wa takhir yakni topik yang seharusnya disampaikan di awal malah disampaikan di akhir dan begitu juga sebaliknya.

Hazrat Pendiri jemaat Ahmadiyah memberikan nasihat kepada kita, bahwa diantara jasa-jasa perbaharuan yang telah beliau lakukan, saya akan sampaikan salah satu diantaranya, sebagai contoh, Allah Ta’ala menurunkan ilham kepada beliau, berbunyi :”Words of God can not exchange” artinya kalam Allah Ta’ala tidak bisa bertukar-tukar tempat. Beliau memberitahukan kepada kita bahwa kalimat dalam Al Quran Karim bagaikan untaian permata, di tempat mana satu kata atau kalimat harus diletakan, ditempat itulah telah Allah Ta’ala letakkan kalimat tersebut. Beliau bersabda:” Jika kita tidak memahami topik yang terkadung dalam satu ayat Al Quran, alih-alih mencela ayat tersebut, berdoalah ke hadirat Allah Ta’ala:” Ya Allah! Aku tidak memahami kandungan yang terdapat dalam ayat ini, berikanlah penjelasan kepadaku!

Bagaimana bisa kita bersikap tolol dengan memberikan pelajaran kepada Tuhan yang maha ‘Alim itu, dengan kata lain, bagaimana bisa seorang makhluk memunculkan kesalahan-kesalahan sang penciptanya dengan mengatakan:” Kalimat yang seharusnya diletakkan di awal malah diletakkan di akhir”. Aneh sekali, sungguh beraninya mereka yang telah membuat-buat riwayat-riwayat yang dinisbahkan kepada para sahabat dan orang-orang suci dalam kitab-kitab tafsir, katanya, si fulan telah  mengatakan bahwa dalam ayat ini terdapat takdiim wa ta’khir, dalam ayat itu terdapat takdim wa ta’khir.

Sekarang Lupakan sejenak ratusan jasa-jasa pendiri jemaat ahmadiyah, lihatlah bagaimana Hz Mirza ghulam Ahmad telah menampakkan keindahan Al Quran kepada dunia, maka ini saja akan cukup sebagai satu bukti kemujaddidan beliau (Mufti Silsilah sambil mengisyarahkan gerakkan tangan bahwa ini adalah jasa kecil diantara jasa-jasa beliau yang besar dan diibaratkan dengan sebutir nasi diantara tumpukkan nasi-Pent).

Dierjemahkan bebas oleh Mahmud Ahmad Wardi             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar