Dalam menanggapi pertanyaan yang
disampaikan oleh seorang ghair ahmadi :”Berikan
satu Bukti Kemujaddidan Hz Mirza Ghulam Ahmad”, Mufti Silsilah Jemaat
Ahmadiyah menaggapi dalam program Tanya jawab “Rah e Huda” di MTA sbb:
Ada satu istilah:” Lihatlah sebutir
nasi yang ada di panci, maka akan bisa dikira-kira nasi itu sudah matang atau
belum” Dalam hal ini saya akan memperlihatkan satu butir nasi saja kepada
hadirin.
Sebagai contoh, Jika seseorang
sedang menyampaikan ceramah dan diantara para pendengar yang menyimak, ada yang
mengatakan:”Tuan! Anda telah menyampaikan ceramah dengan begitu berapi api,
tapi sayang, dalam isi ceramah anda tidak ada tartib (urutan), yakni, point yang
seharusnya disampaikan diawal, malah disampaikan di akhir dan juga sebaliknya. Lantas setelah mendengar hal tersebut, apa
yang akan dirasakan oleh sang penceramah itu? apakah si pendengar tadi memuji
atau mencela si penceramah? Contoh lain, seorang murid telah menulis jawaban dalam
lembar ujian, tapi jawaban yang seharusnya ditulis di awal oleh si murid
tersbut malah ditulis di akhir dan juga sebaliknya. Dengan cara seperti itu, si
murid tersebut tidak akan pernah berhasil, karena tidak ada tartib (urutan).
Sangatlah disesalkan, telah terjadi dalam
sejarah islam, seorang alim yang tidak memahami makna dari kandungan isi Al
Quran, alih-alih mengakui kekurangan ilmunya bahwa saya tidak bisa meraih
hakikat ayat tersebut, justru malah mencela :” Apa boleh buat, tidak ada tartib
dalam ayat (Al Qur’an) ini !” dalam ilmu tafsir hal itu disebut dengan istilah takdim wa takhir yakni topik yang
seharusnya disampaikan di awal malah disampaikan di akhir dan begitu juga
sebaliknya.
Hazrat Pendiri jemaat Ahmadiyah
memberikan nasihat kepada kita, bahwa diantara jasa-jasa perbaharuan yang telah
beliau lakukan, saya akan sampaikan salah satu diantaranya, sebagai contoh, Allah
Ta’ala menurunkan ilham kepada beliau, berbunyi :”Words of God can not exchange” artinya kalam Allah Ta’ala tidak
bisa bertukar-tukar tempat. Beliau memberitahukan kepada kita bahwa kalimat dalam
Al Quran Karim bagaikan untaian permata, di tempat mana satu kata atau kalimat
harus diletakan, ditempat itulah telah Allah Ta’ala letakkan kalimat tersebut. Beliau
bersabda:” Jika kita tidak memahami topik yang terkadung dalam satu ayat Al
Quran, alih-alih mencela ayat tersebut, berdoalah ke hadirat Allah Ta’ala:” Ya
Allah! Aku tidak memahami kandungan yang terdapat dalam ayat ini, berikanlah
penjelasan kepadaku!
Bagaimana bisa kita bersikap tolol
dengan memberikan pelajaran kepada Tuhan yang maha ‘Alim itu, dengan kata lain,
bagaimana bisa seorang makhluk memunculkan kesalahan-kesalahan sang penciptanya
dengan mengatakan:” Kalimat yang seharusnya diletakkan di awal malah diletakkan
di akhir”. Aneh sekali, sungguh beraninya mereka yang telah membuat-buat
riwayat-riwayat yang dinisbahkan kepada para sahabat dan orang-orang suci dalam
kitab-kitab tafsir, katanya, si fulan telah mengatakan bahwa dalam ayat ini terdapat takdiim wa ta’khir, dalam ayat itu terdapat
takdim wa ta’khir.
Sekarang Lupakan sejenak ratusan
jasa-jasa pendiri jemaat ahmadiyah, lihatlah bagaimana Hz Mirza ghulam Ahmad
telah menampakkan keindahan Al Quran kepada dunia, maka ini saja akan cukup
sebagai satu bukti kemujaddidan beliau (Mufti Silsilah sambil mengisyarahkan
gerakkan tangan bahwa ini adalah jasa kecil diantara jasa-jasa beliau yang
besar dan diibaratkan dengan sebutir nasi diantara tumpukkan nasi-Pent).
Dierjemahkan bebas oleh Mahmud Ahmad
Wardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar