Senin, 11 Maret 2013
IGMA: SEMANGAT BERKHIDMAT UNTUK JEMAAT
IGMA: SEMANGAT BERKHIDMAT UNTUK JEMAAT
Manislor: Kamis
(14/2) diadakan kegiatan rutin IGMA di Masjid An-Nur lantai 2. Dimulai sejak
pukul 18.30 WIB, berlangsung dengan rapih dan tertib. Acara ini dihadiri oleh
Muballigh Aang Kunaefi.
Tema
yang disampaikan oleh Muballigh tentang “Pengkhidmatan”, dengan dimoderatori
oleh Ahmad Basyar. Seperti biasa, para khudam dan LI duduk berkelompok untuk
berdiskusi, dan diberi pertanyaan sesuai tema.
“Menurut
kalian, pengkhidmatan itu lebih baik harta atau waktu?” pertanyaan yang diberikan
moderator untuk salah satu kelompok.
“Menurut
kami, kedua-duanya juga penting, tetapi menurut kami lebih penting
pengkhidmatan waktu. Contohnya, jika sesibuk-sibuknya kita, tetapi kita dapat hadir di dalam acara
IGMA sekarang ini. Sedangkan harta, kita ini masih sebagai seorang pelajar,
penghasilan pun hanya dari uang jajan.” Jawab kelompok yang diberikan
pertanyaan di atas.
Seiring
berjalannya waktu, pertanyaan-pertanyaan telah dijawab oleh masing-masing
kelompok. Kemudian, Muballigh memberikan penjelasan mengenai arti
pengkhidmatan.
“Pengkhidmatan
berasal dari kata khaddimah – yukhoddimu
– khaddiman. Pengkhidmatan dapat
diartikan sebagai pengabdian atau melayani. Pengkhidmatan dibagi menjadi 2. Pertama,
pengkhidmatan haqiqi (pengkhidmatan kepada Allah) yang akan mendapatkan
kebaikan. Kedua, berkhidmat kepada setan, yang akan mendapatkan keburukan karena ia selalu mencari kesenangan
duniawi (berkhidmat kepada dunia )”
Jelas Muballigh.
”Apakah
dengan hadir dalam acara seperti ini kita dapat dikatakan berkhidmat?” Tanya
Reni Zahra, seorang LI.
“Ya, karena sesuai dengan jani-janji yang kita
ikrar kan dalam beberapa syarat baiat dan juga dalam janji setiap badan, guna
mengorbankan waktununtuk jema’at, dan acara-acara jema’at” jawab Muballigh.
Tak
lama setelah Muballigh menjawab pertanyaan, terdengar pertanyaan berikutnya.
“Jika
menghadiri tarbiyat seperti ini merupakan berkhidmat, apakah berkhidmat itu hak
atau kewajiban?” Tanya salah seorang LI bernama Lika Vulki.
“Hak.
Karena hak adalah sesuatu yang kita peroleh dari kewajiban, sedangkan kewajiban
itu sesuatu yang harus dijalankan/ dilaksanakan”. Jawab Muballigh dengan
singkat.
“Lebih
baik sendiri tetapi dekat dengan Allah, daripada bergerombol tetapi jauh dari
Allah”. Ujar Ahmad Basyar selaku moderator ketika menutup acara.
Maka
dari itu, kita sebagai generasi penerus, harus tetap dan meningkatkan semangat
kita dalam berkhidmat dalam Agama dan Jemaat. Semoga pengkhidmatan kita selama
ini tulus dan mendapatkan Ridha dan kebaikan
dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Aamiin
Allaahummaa Aamiin.
PELITA: PERBEDAAN BUKAN ALASAN, KAWAN!
PELITA:
PERBEDAAN BUKAN ALASAN, KAWAN!
Cirebon: (12/2) Selasa malam, kegiatan
rutin PELITA (Pemuda Lintas Iman) yang sempat vakum selama 1 bulan, baru
dilaksanakan kembali. Bertempat di Klenteng Jamblang Cirebon. Yang
dilaksanakan setelah maghrib sampai selesai.
Kegiatan dihadiri dari berbagai
organisasi Agama dan organisasi Islam
yang ada di wilayah
Cirebon. Dari Muhamadiyah
1 orang, HDH (Hidup Dibalik Hidup) 12 orang, Kristen GKI Pengombon 7 orang, ADVENT Ciwaringin
4 orang, Melek Bengi Bengi (Pesantren
Babakan) 6 orang, OMK (Orang Muda Khatolik) 3 orang, ISIP Gorong Konghucu 1
orang, serta
dari Ahmadiyah Cirebon dan
Manislor 20 orang.
Acara dibuka oleh ketua PELITA,
kemudian dilanjut sejenak dengan berbincang-bincang. Karena acara di Klenteng
Jamblang, sejarah Kelenteng Jamblang menjadi tema malam itu.
Selama 30 menit bercerita tentang
sejarah Klenteng Jamblang, para undangnan yang hadir pun begitu khusyuk memperhatikan
pembicara.Selanjutnya diisi dengan tanya jawab dan sharing seputar Klenteng Jamblang.
“Pak kalo Klenteng itu apa sih, terus
Klenteng buat agama apa, sama engga dengan wihara?” Ujar salah satu anggota
PELITA dari Muhamadiyah.
“Klenteng itu adalah tempat Ibadahnya
agama Tridarma, Konghucu, Budha, Hindu. Beda dengan Wihara.
Kalau
Wihara tempat ibadah umat Budha saja.” Jawab seorang pemelihara Klenteng.
Malam pun kian larut, tetapi kehangatan
semakin terasa dengan agenda acara yang seru. Acara selesai sekitar jam 10 malam.
“Wah
seru banget!
Di sini saya benar-benar merasakan Indonesia.Berbagai elemen dan agama
berkumpul dengan keakraban tanpa melihat perbedaan. Kita harus bersatu karena
Indonesia tempat yang sejahtera.” Papar salah seorang anggota HDH.
Hal yang harus diingat oleh
kita,
khususnya para Ahmadi. Semua manusia
sama-sama
ciptaan Allah Subahaanahu
wa Ta’ala. Perbedaan bukanlah jurang pemisah dalam persaudaraan kita sebagai umat beragama.
Perbedaan bukan berarti lawan.
Perbedaan adalah kawan. Semoga para Ahmadi menanamkan jiwa toleransi yang
tinggi dalam menyikapi perbedaan yang ada. Menanamkan kedamaian di antara umat beragama. (YFS)
SIRATUN
NABI: Buktikan Cintamu!
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”
(QS. Al-Ahzaab: 22)
Manislor:
Sebagai Muslim, Jemaat Ahmadiyah ikut
serta memperingati Maulid Nabi Muhammad Shallallaahu
‘alayhi wa Sallam pada 12 Rabiul Awwal. Bukan merayakan hari kelahiran
Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa
Sallam dengan berfoya-foya dan menyalakan petasan. Akan tetapi, hanya mengingat
kembali atas semua jasa dan kemuliaan akhlak Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam.
(1/2) telah
diadakan ceramah keliling oleh Jemaat Ahmadiyah Manislor. Rangkaian acara
dimulai dari kelompok Masjid Al-Barakah (459
orang), Al-Ihsan (100 orang), At-Taqwa (165 orang), Al-Hidayah (100 orang),
Baiturrahman (188 orang), Al-Jihad (172 orang), Al-Hikmah (570 orang), dan
berakhir di Masjid An-Nur (500 orang).
Bila yang hadir dari masing-masing kelompoknya
ditotalkan, maka berjumlah 2.254 orang. Sehingga, acara yang biasa disebut shirathun nabi, dilaksanakan tidak pada
satu tempat. Hal ini dilakukan agar acara berlangsung dengan aman dan kondusif.
Ceramah yang disampaikan dari masjid ke masjid tak
lepas dari kisah, gaya hidup dan jejak-jejak perjuangan Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam. Yang
menjadi penceramah adalah Muballigh Wilayah III Cirebon dan Muballigh-Muballigh
yang bertugas di Jemaat Manislor.
Muballigh
wilayah memaparkan tentang gaya hidup sehat dan akhlak-akhlak Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam. Dari
cara Rasulullah makan, minum, berpakaian, menerima tamu, dan tidur. Rasulullaah
selalu melakukan shalat malam (tahajjud), hingga seringkali membuat kaki Beliau
bengkak.
Rasulullaah
Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam tak
hanya seorang hamba Allah yang taat; Beliau juga seorang pemimpin yang berjuang
dengan santun, sabar, dan ikhlas; suami, ayah, tetangga, dan sahabat yang
dicintai karena keluhuran akhlaknya. Pantas saja Allah Subhaanahu wa Ta’ala mengabadikan dan menuliskan di dalam Al-Quran bahwa Beliau sebagai Uswatun Hasanah (suri teladan yang
baik).
Sebagai
ummat Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alayhi
wa Sallam, kita harus menjalankan sunnahnya agar mendapat Ridha Allaah Subhaanahu wa Ta’ala. Melakukan
sunnah-sunnahnya akan menumbuhkan kecintaan kepada Beliau. Sehingga, kita akan
terus berkhidmat dan melanjutkan perjuangan Beliau untuk memenangkan Islam. Memperkuat
sense of belonging (rasa memiliki),
agar ummat Islam tetap bersatu mempertahankan martabat
Rasulullaah Shallallaahu
‘alayhi wa Sallam.
“Siapa
lagi yang akan mencintai Rasulullaah Shallallaahu
‘alayhi wa Sallam, kalau bukan kita. Siapa lagi yang akan menjunjung tinggi
martabat Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi
wa Sallam, kalau bukan kita. Buktikan semangat (kecintaan) kita (kepada
Beliau) dalam (berkhidmat) untuk jemaat. Buktikan!” ujar Mln. Khaeruddin Atmaja
dengan semangat.
Karena
keluhuran akhlak Beliau, maka Allah jadikan semua perkataan, perbuatan dan
ketetapan beliau sebagai landasan hukum bagi ummat Islam yang kedua setelah
Al-Quran.
“Bedanya
kita dengan Rasulullaah hanya sedikit. Jika Beliau sedikit-sedikit sabar, tapi
kita sedikit sabar. Jika beliau sedikit tidur dan makan, tapi kita
sedikit-sedikit tidur dan makan.” Tukas Mln. Buldan Burhanudin selaku Muballigh
Wilayah.
Mln.Buldan
pun mengatakan juga di akhir ceramahnya, “Ayo laksanakan sunnah-sunnah Rasulullaah
Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam, baik
yang kecil (ringan) hingga yang besar (berat).”
Apalah
artinya cinta kalau hanya dengan ucapan saja. Cinta tak hanya sekedar
pernyataan secara lisan, harus dengan pembuktian dan pengorbanan. Anda
sangat mencintai Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam? B u k t
i k a n ! (LV)
Rasulullah dalam
mengenangmu/ Kami susuri lembaran sirahmu/ Pahit getir pengorbananmu/ Membawa
cahaya kebenaran// Engkau taburkan pengorbananmu/ Untuk umatmu yang tercinta/
Biar terpaksa tempuh derita/ Tegarnya hatimu menempuh ujian-Nya// Tak
terjangkau tinggi pekertimu/ Tidak tergambar indahnya akhlakmu/ Tidak terbalas
segala jasamu// Sesungguhnya engkau rasul mulia// Tabahnya hatimu menempuh
dugaan/ Mengajar arti kesabaran/ Menjulang panji kemenangan/ Terukir namamu di
dalam Al-Quran// Rasulullah kami umatmu/ Walau tak pernah melihat wajahmu/ Kami
coba mengingatimu// Kami coba mengamalkan sunnahmu/ Kami sambung perjuanganmu//
Walau kita tak pernah bersua/ hati merindu dan kagum pada akhlaknya//
Langganan:
Postingan (Atom)