APA BEDANYA MERAKA DENGAN KITA ?
Dengan karunia Allah Taal sabtu (27/10) kami menghadiri undangan
perayaan HUT ke 1 Pemuda Lintas Agama (PELITA)
di Cirebon. Pada kesempatan tersebut hadir dari berbagai organisasi
Islam seperti Ahmadiyah, Muhammadiyah NU, dan komunitas berbagai agama antara
lain Budha, Hindu, Katolik, hadir juga dari kalangan mahasiswa perwakilan dari
oragniasi Islam.
Dari
beberapa pesesrta tampak dua orang lelaki setengah baya, berpenampilan menarik menyesuiakan dengan
ajaran yang mereka anut. Seorang pria berkulit putih agak berbintik, bermata
sipit, rambut agak gundul, dengan menggunakan kemeja. ia adalah pemuka dari
agama Budha. Dan seorang pria yang duduk paling dekat dinding memakai baju
batik awan mendung berwarna hijau, tubuh besar, dan kerah kemeja seorang romo,
pemuka dari agama Katolik. Selain mereka juga hadir suster Alicia (35) dan
suster Andrea (25) yang BK wawancarai., mereka adalah suster dari gereja Santa
Maria. Berikut sedikit wawancara dengan suster Alicia:
BK :
Mengapa memilih jalan hidup untuk menjadi
suster?
Suster : Panggilan
hati. Sama halnya mengapa Lika menggunakan kerudung.
BK : Mengapa pakaian suster berubah setiap jaman?
Di telenovela Dulce Maria, pakaian suster Cecilia seperti jubah. Hingga tangan
pun tertutup.
Suster : Memang
dulu pakaian suster itu tertutup. Bahkan menggunakan kaos kaki. leher, pipi,
dan kening pun wajib ditutup. Tapi karena tuntutan zaman yang harus serba
simple, Paus Paulus memberi kebijakan untuk pakaian suster yang diperpendek
hingga setengah betis, leher dan pipi tak lagi ditutup. Karena perintah dari
Paus, kami harus taat.
BK : Mengapa suster pakai selayer?
Suster
: Sama
seperti Islam, bagi kami rambut itu mahkota perempuan yang harus ditutup.
Makanya kami masih menggunakan penutup rambut (selayer).
BK : Suster kan tidak menikah, tapi suster pasti
pernah dong yang namanya jatuh cinta? Gimana tuh mengatasinya?
Suster : Setiap
manusia yang normal pasti pernah jatuh cinta. Termasuk kami. Kami tidak
membunuh perasaan itu. rasa cinta yang selama ini terkesan erotis (dan bablas)
, kami berusaha untuk membuat rasa cinta di hati itu menjadi lebih terarah
untuk kebaikan. Kami salurkan energi cinta itu ke arah pelayanan di jalan
Tuhan. Membuat kami tidak terfokus dengan perasaan pada lawan jenis. Justru
semakin semangat dalam pelayanan agama.
Dari
wawancara tersebut BK mencoba sedikit menyimpulkan bahwa mereka (suster)
memiliki keiitaatan yang tinggi terhadap agama dan pemimpinnya. Mereka
memberikan hampir seluruh hidupnya untuk agama, kehidupan yang sederhana sampai
kepada kehidupan yang paling ekstrim untuk tidak menikah. Mereka juga dibiaskan
untuk instropeksi diri merenung melalui pengakuan dosa kepada sang pencipta.